RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Click here for Myspace Layouts

MASKER PISANG ATASI KERUT

              Tak dapat dipungkiri, faktor genetis mempengaruhi warna kulit Anda. Jangan heran kalau ketika anda berhenti mengaplikasikan krim dari merek tertentu, warna kulit kembali seperti sedia kala. Warna kulit yang dihasilkan dari krim tersebut memang hanya bersifat sementara. Lakukan ritual sederhana yang bisa dilakukan di rumah, agar kondisi kulit wajah Anda senantiasa terjaga kesehatannya. Salah satunya dengan mengaplikasikan masker pisang. Caranya mudah: Hancurkan sebuah pisang yang sudah sangat matang. Tambahkan sedikit madu, lalu oleskan ke seluruh wajah dan diamkan selama 15-20 menit. Kemudian bilas dengan air hangat dan segarkan kemudian dengan air dingin. Sebaiknya lakukan perawatan ini secara teratur dan kulit Anda akan tampaklebih mulus serta bersih. Masker ini juga sekaligus dapat membantu Anda untuk mengatasi kerutan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dalam Genggaman Penjajah

Setelah Setjonegoro wafat, pemerintahan kemudian dipimpin oleh Tumenggung R. Mangoen Koesoemo (1832-1847). Sewaktu pemerintahan dipimpin oeh Tumenggung R. Mangoen Koesoemo, Wonosobo jatuh ke dalam kekuasaan penjajahan Belanda dan saat itulah masa penjajahan di Wonosobo terjadi.
Semenjak berada dalam kekuasaan penjajahan Belanda pelaksanaan pembangunan tidakmampu memberikan perubahan-perubahan yang bisa memajukan rakyat. Baru ketika pemerintahan dipimpin oleh Tumenggung R. Tjokro Hadisoerjo (1863-1889), pembangunan mulai mengarah pada peningkatan kesejahteraan rakyat, dan mulailah dengan membangun pendidikan yaitu dengan berdirinya Sekolah Dasar 5 tahun.
Pada tahun 1882 di wilayah Pembantu Bupati atau Wedana, seperti: Leksono, Kaliwiro, Garung, dan Sapuran telah dibuka Sekolah Rendah 2 tahun. Terbagi atas kelas IA selama 6 bulan, kelas IB selama 6 bulan, lalu kelas IIA dan kelas IIB masing-masing selama 6 bulan.
Pada tahun1924, pemerintah Belanda membuat ketentuan mengenai otonomi daerah kabupaten melalui Undang-Undang Regentschapsordonantie Staatblad Nomor 79 Tahun 1924. Berdasarkan Undang-Undang tersebut maka pemerintah Belanda membentuk pemerintah otonom di seluruh wilayah kekuasaan. Pemerintah otonom terdiri dari Bupati (den Regent) sebagai Kepala Daerah, Dewan Perwakilan Kabupaten (den Regentschapsraad) dan Dewan Pemerintahan (het College van Gecommitterden).
Kabupaten Wonosobo (Regentschap Wonosobo) dinyatakan resmi berdiri oleh pemerintah Baelanda pada tanggal 1 Januari 1930. Pelantikan atas susunan pemerintahan Kabupaten Wonosobo dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 1930 oleh pejabat yang mewakili Gouverneur van Midden Java (Gubernur Jawa Tengah) dan dilanjutkan dengan sidang pertama Dewan Perwakilan kabupaten.

Bupati pertama yang dilantik pemerintah Belanda adalah R.A.A Sosrodiprodjo.Sebelum diangkat sebagai Bupati oleh pemerintah Belanda, R.A.A Sosrodiprodjo adalah seorang Adipati sejak tahun 1920. Sesuai dengan ketentuan, Bupati R.A.A Sosrodiprodjo bertindak pula sebagai Ketua Dewan Perwakilan Kabupaten, sedangkan para anggota Dewan Perwakilan Kabupaten berjumlah 17 orang yang terdiri dari: 2 orang Warga Negara Belanda, 2 orang Warga Negara Asing bukan Belanda (Cina, Arab, atau lainnya), dan 13 orang dari Warga Pribumi.
Anggota dewan dari unsur Warga Negara Belanda dan Warga Negara Asing ditentukan oleh pemerintah Belanda atas usul Bupati. Sedangkan anggota dewan dari unsur Warga Pribumi, dari 13 orang anggota 9 orang diantaranya dipilih melalui pemilihan dan 4 anggota lainnya diangkat oleh pemerintah Belanda atas usul Bupati. Masa kerja Dewan Perwakilan Kabupaten adalah empat tahun.
Pada mulanya pemerintah Kabupaten Wonosobo tidak memiliki geung untuk perkantorannya sehingga harus menyewa sebuah rumah di sebelah selatan alun-alun Wonosobo (sekarang Jalan Angkatan 45). Pada tanggal 29 September 1938, pemerintah kabupaten baru dapat menempati gedung barunya. Gedung tersebut kini dijadikan sebagai gedung DPRD Kabupaten Wonosobo.
Menjelang berakhirnya penjajahan Belanda di tanah air kita, pemerintah Belanda mencoba memberikan kesempatan yang lebih besar kepada rakyat pribumi untuk berperan dalam pelaksanaan pemilihan anggota Dewan Kabupaten. Proses pelaksanaan pemilihan yang terakhir adalah bulan Mei 1940, dan pada bulan September 1940 ditetapkanlah anggota Dewan Kabupaten Wonosobo masa bakti 1940-1945 berdasarkan surat ketepatan dari Governeur van Midden Java (Gubernur Jawa Tengah).
Kekalahan pemerintah Belanda terhadap Jepang menyebabkan adanya pergantian penguasa pemerintahan di Indonesia, termasuk pula di Kabupaten Wonosobo terhitung sejak tanggal 8 Maret 1942.
Pasukan tentara Jepang yang masuk ke Wonosobo ini merupakan sebagian dari pasukan tentara Jepang ke 16 dibawah pimpinan Laksamana Madya Takashyi. Mereka telah berhasil mendarat di Kranggan, Rembang, Jawa Tengah.
Pada masa penjajahan Jepang, dibentuklah badan-badan perwakilan yang disebut Ken sangi Kai. Namun badan perwakilan ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Badan perwakilan hanya dimanfaatkan untuk mendukung pemerintahan Jepang semata-mata.
Selama masa pendudukan Jepang, keadaan perekonomian rakyat sangat menyedihkan. Untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi kehidupan sehari-hari saja amat sulit karena persediaannya dibatasi oleh Jepang dan utuk membelinya harus antri yang panjang.
Bahan pakaian juga sangat terbatas sehingga banyak orang yang pakaiannya terbuat dari bahan karet, goni maupun karung. Peralatan kesehatan dan obat-obatan juga hampir tidak tersedia, sehingga untuk membalut luka digunakan kulit pohon pisang yang sudah dikeringkan.
Kesedihan waktu itu sangat dalam. Mayat manusia bergelimpangan di jalan-jalan karena kelaparan dan sakit yang tak terobati. Mayat-mayat itu terkapar tanpa terbungkus kain kafan, paling Cuma dibungkus dengan tikar. Sementara itu, pihak tentara Jepang terus-menerus mengumpulkan bahan-bahan makanan untuk diangkut secara rahasia keluar dari Wonosobo.
Akhirnya, setelah bala tentara Jepang menyerah kepada Sekutu dan kemerdekaan Indonesia diproklamasikan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945, maka berakhirlah masa pendudukan Jepang di Indonesia. Saat itu pula para anggota pasukan tentara Jepang beserta para pemimpinnya berangsur-angsur meninggalkan Wonosobo.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Berdirinya Kabupaten Wonosobo

Berdasar penelitian sejarah, maka Pemerintahan Kabupaten Wonosobo yang pertama dipimpin oleh R. Setjonegoro dengan gelarnya Tumenggung. Mulanya, Setjonegoro adalah seorang prajurit Pangeran Diponegoro. Ia diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Wonosobo karena pernah bejasa dalam membantu perjuangan Pangeran Diponegoro, terutama saat ia berhasil melumpuhkan tentara Belanda dalam penghadangan di Logorok, dekat Magelang, bersama Mulyosentiko pada bulan Juli 1825.
Pengangkatan R. Setjonegoro sebagai Tumenggung dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 1825 oleh Pangeran Diponegoro. Mula2, Pusat Pemerintahan berada di Ledok atau sekitar Desa Plobangan Kecamatan Selomerto. Selanjutnya, beberapa waktu kemudian pusat pemerintahan dipindahkan menuju kawasan kota Wonosobo sekarang ini. Masa pemerinthan Setjonegoro adalah tahun 1825-1832.
Pengangkatan Setjonegoro sebagai Tumenggung merupakan awal berdirinya Kabupaten Wonosobo. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Wonosobo menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Jadi Kabupaten Wonosobo. Pengukuhan Hari Jadi Wonosobo dituangkan dalam peraturan Daerah Tingkat II Wonosobo No. 10 Tahun 1994.

Next: Dalam Genggaman Penjajah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sejarah Kabupaten Wonosobo

Asal Usul Wonosobo
Wonosobo selain sebagai nama kabupaten, juga nama Ibukota Kabupaten yaitu tempat kedudukan Pemerintah Kabupaten.
Sejarah berdirinya Wonosobo terkait erat dengan perkembangan kekuasaan Mataram Islam pada abad XVII atau sekitar tahun 1600-an. Saat itu Wonosobo masih berupa kawasan hutan belantara. Kemudian suatu ketika, datanglah tiga orang pengelana, yaitu Kyai Walik, Kyai Karim dan Kyai Kolodete.
Mereka bersama dengan sanak keluarganya mulai merintis suatu pemukiman di daerah Wonosobo. Mereka membuka dan mengubah hutan menjadi tempat pemukiman serta lahan pertanian sebagai sumber kehidupan mereka.
Ketiga Kyai tersebut bermukim di tempat yang berbeda. Kyai Kolodete bermukim di daerah Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim bermukim di daerah Kalibeber, ia adalah tokoh peletak dasar2 pemerintahan. Kyai walik bermukim di sekitar Wonosobo, ia disebut tokoh perancang kota. Mulai saat itu,daerah Wonosobo mulai berkembang. Dari ketiga tokoh tersebut, konon Kyai Walik adalah tokoh ulama yang paling dekat dengan rakyat.
Setelah para Kyai tersebut menempati pemukiman baru mereka, para pendatang makin banyak dan makin terkenallah Wonosobo ini.
Nha, asal usul nama Wonosobo sangat erat kaitannya dengan banyaknya para pendatang. Menurut peristilahan, Wonosobo berasal dari dua kata yaitu “wono” yang artinya hutan, dan “sobo” yang artinya mengunjungi. So, kata Wonosobo kurang lebih artinya kawasan hutan yang banyak dikunjungi.

Nha, ntu dia sedikit sejarah tentang berdirinya kotaku, kota wonosobo ASRI. Selanjutnya aku akan nge-post lagi tentang berdirinya Kabupaten Wonosobo. So, ditunggu aja ya....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hi....
Ini adalah post pertamaku, so aku minta maaf kalau ada kesalahan.Pokoknya aku akan memberikan informasi2 tentang pengetahuan, sejarah, dan lain-lain.... Termasuk juga tentang K-pop.Ok dech, semoga para pembacadapat menambah informasi dari apa yang aku tulis ini. Semoga bermanfaat ya... Jangan lupa dikoment yach, supaya jadi masukan untukku agar ke depannya aku lebih baek lagi..... Hehehe ^_^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


Cool Widgets